Makassar, 30 October 2018
Apem, atau dikenal juga dengan nama Appam di negeri asalanya India, adalah penganan tradisional yang dibuat dari tepung beras yang didiamkan semalam dengan mencampurkan telur, santan, gula dan tape serta sedikit garam kemudian dibakar atau dikukus. Bentuknya mirip serabi namun lebih tebal.
Menurut legenda, kue ini dibawa Ki Ageng Gribig yang merupakan keturunan Prabu Brawijaya kembali dari perjalanannya dari tanah suci. Ia membawa oleh-oleh 3 buah makanan dari sana. Namun karena terlalu sedikit, kue apem ini dibuat ulang oleh istrinya. Setelah jadi, kue-kue ini kemudian disebarkan kepada penduduk setempat. Pada penduduk yang berebutan mendapatkannya Ki Ageng Gribig meneriakkan kata “yaqowiyu” yang artinya “Tuhan berilah kekuatan.”
Makanan ini kemudian dikenal oleh masyarakat sebagai kue apem, yakni berasal dari saduran bahasa arab “affan” yang bermakna ampunan. Tujuannya adalah agar masyarakat juga terdorong selalu memohon ampunan kepada Sang Pencipta. Lambat laun kebiasaan ‘membagi-bagikan’ kue apem ini berlanjut pada acara-acara selamatan menjelang Ramadhan.
Di Indonesia, varian appam dikenal sebagai kue apem atau kue apam. Ini adalah kue Indonesia atau kue tradisional dari adonan kukus yang terbuat dari tepung beras, santan, ragi dan gula aren, biasanya disajikan dengan parutan kelapa. Rumah tangga Indonesia atau komunitas tradisional kue apem dibuat secara tradisional untuk perayaan dan festival. Sebagai contoh, Keraton Yogyakarta secara tradisional menyelenggarakan upacara Ngapem, di mana rumah tangga kerajaan secara komunal memasak kue apem (versi bahasa Jawa dari appam) sebagai bagian dari upacara Tingalan Jumenengan Dalem. Mirip dengan kue mangkok. Sama seperti kue putu itu berasal dari pengaruh India pada masakan Indonesia.
Menurut legenda, kue ini dibawa Ki Ageng Gribig yang merupakan keturunan Prabu Brawijaya kembali dari perjalanannya dari tanah suci. Ia membawa oleh-oleh 3 buah makanan dari sana. Namun karena terlalu sedikit, kue apem ini dibuat ulang oleh istrinya. Setelah jadi, kue-kue ini kemudian disebarkan kepada penduduk setempat. Pada penduduk yang berebutan mendapatkannya Ki Ageng Gribig meneriakkan kata “yaqowiyu” yang artinya “Tuhan berilah kekuatan.”
Makanan ini kemudian dikenal oleh masyarakat sebagai kue apem, yakni berasal dari saduran bahasa arab “affan” yang bermakna ampunan. Tujuannya adalah agar masyarakat juga terdorong selalu memohon ampunan kepada Sang Pencipta. Lambat laun kebiasaan ‘membagi-bagikan’ kue apem ini berlanjut pada acara-acara selamatan menjelang Ramadhan.
Di Indonesia, varian appam dikenal sebagai kue apem atau kue apam. Ini adalah kue Indonesia atau kue tradisional dari adonan kukus yang terbuat dari tepung beras, santan, ragi dan gula aren, biasanya disajikan dengan parutan kelapa. Rumah tangga Indonesia atau komunitas tradisional kue apem dibuat secara tradisional untuk perayaan dan festival. Sebagai contoh, Keraton Yogyakarta secara tradisional menyelenggarakan upacara Ngapem, di mana rumah tangga kerajaan secara komunal memasak kue apem (versi bahasa Jawa dari appam) sebagai bagian dari upacara Tingalan Jumenengan Dalem. Mirip dengan kue mangkok. Sama seperti kue putu itu berasal dari pengaruh India pada masakan Indonesia.
Komentar
Posting Komentar